banner 728x250

PUSKESMAS DAERAH TERISOLIR WAJIB PROGRAMKAN DESA SIAGA

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra) H Muh. Aris
banner 120x600
banner 468x60
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra) H Muh. Aris

UNAAHA, SULTRAHEADLINE.COM — Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara (Sultra) H Muh. Aris mengimbau, kepada sejumlah Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) khusus di daerah terisolir untuk dapat memprogramkan desa siaga.

“Desa siaga merupakan upaya kerja sama petugas medis dengan pemerintah setempat. Bagaimana membangun antipati masyarakat. Ketika ada kejadian khusus untuk penyelematan. Masyarakat dapat bertidak membantu sesuai dengan kesanggupannya, baik itu berupa jasa maupun non jasa,” terangnya saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis (24/05/2018).

banner 325x300

Dikatakan, khusus di Kabupaten Konawe tidak semua Puskesmas statusnya rawat inap. Utamanya bagi daerah yang berada di daerah sudut ibu kota seperti, Asinua, Latoma, Morosi, Kapoiala dan Routa.

Sehingga dalam hal pelayanan kesehatan , kata dia, dipastikan petugas tidak berada di Puskesmas selama 24 jam setiap hari untuk membuka pelayanan. Sehingga dengan program desa siaga dapat memudahkan para pasien. Minimal pasien tidak kesulitan untuk di rujuk ke Ibu Kota atas andil jasa warga dan pemerintah setempat dengan suka rela.

Seperti kejadian ibu hamil (Bumil) asal Kecamatan Morosi yang melahirkan di atas mobil pick up saat perjalanan ke RS Bersalin di Kota Kendari belum lama ini. Mejadi tamparan keras bagi Dinkes Konawe.

“Satu pihak kami antipati dengan Bumil tersebut atas kejadian ini. Tetapi satu sisi juga tidak bisa menyalahkan bidan setempat. Konon saat dibutuhkan tidak berada di tempat. Karena saat ini para bidan itu sudah statusnya PNS. Jadi bukan lagi sebagai bidan desa. Namun statusnya sebagai bidan Puskesmas. Sehingga tidak wajib tinggal menetap di desa,” terangnya.

Dikatakan, perbedaan bidan desa memiliki tunjangan tambahan untuk tinggal menetap di daerah tugasnya. Namun bidan Puskesmas tidak memiliki tunjangan tersebut. “Sehingga hampir sebagian besar bidan Puskemas memilih tinggal dan berdomisili di rumahnya masing-masing. Yang kebetulan bidan itu tinggal di Kota Kendari,” ujarnya.

Menurutnya, sejak peristiwa itu ia langsung mengkonfirmasi kepala Puskesmas Kecamatan Morosi. Dan dari penjelasannya bidan setempat sudah berusaha semaksimal mungkin datang. Namun setibahnya di rumah Bumil. Ternyata pasien bersalin itu sudah berangkat di Kendari.

“Kita sudah menegur. Termasuk Kepala puskesmasnya. Dan mereka dalam pembinaan Dinkes,”tuturnya.

Ia menambahkan, andai saja di desa tersebut telah terprogram desa siaga. Maka menurutnya, dalan kondisi darurat itu pasien akan lebih dimudahkan. Apalagi daerah tersebut salah satu daerah yang jauh dari ibu kota kabupaten.

“Program ini merupakan gerakan sosial yang dipimpin langsung pemerintah desa setempat. Dimana akan terbangun jiwa antipati seluruh stakehokder dan masyarakat setempat untuk saling membantu secara manusiawi. Bukan saja khusus masyarakat yang bersalin. Tetapi semua aspek kesehatan yang sifatnya emergency atau darurat,” paparnya.

Terkait dengan itu, ia juga mengimbau, kepada seluruh Puskesmas, termasuk non rawat inap untuk tetap memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal. Mengantisipasi kewaspadaan 24 jam. Minimal di UGD.

“Untuk tenaga medis di daerah-daerah ini memang sangat minim. Sekalipun ada tapi tidak berdomisili di daerah itu,” paparnya. ***


Penulis: Ibas
Editor: red.

 

 

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copy Protected by Chetan's WP-Copyprotect.