
UNAAHA, SULTRA HEADLINE.COM. Peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97 di Kabupaten Konawe diselimuti aura energi baru. Bupati Yusran Akbar memimpin upacara khidmat, namun pesan yang disampaikan jauh dari kata seremonial.
Pemuda Konawe harus segera mengambil alih komando lini depan dalam menanggapi isu-isu strategis, dari ketahanan pangan hingga kepemimpinan.
Dihadiri Forkopimda, ASN, dan perwakilan Organisasi Kepemudaan (OKP) seperti Gerakan Pramuka dan KNPI, momentum ini menjadi panggung penegasan peran pemuda sebagai arsitek masa depan Konawe, yang dijuluki “Kota Padi”.

Mengutip amanat resmi Kemenpora, Bupati Yusran Akbar secara implisit menantang generasi muda untuk mengganti bambu runcing dengan “ilmu, kerja keras, dan kejujuran.”
Tantangan ini sangat relevan. Data menunjukkan, Gerakan Pramuka di Konawe telah diakui sebagai salah satu yang paling aktif di Sulawesi Tenggara, bahkan melibatkan unsur pimpinan daerah. Hal ini membuktikan bahwa pembinaan karakter dan disiplin (nilai-nilai Pramuka) sudah tertanam.
Pertanyaannya kini bukan lagi soal karakter, Kata Yusran, melainkan aplikasi karakter tersebut. Di mana pemuda Konawe harus bergerak? Jawabannya ada di ladang dan di ruang-ruang digital. Pemuda seperti petani milenial yang sukses bertani cabai rawit hingga menjadi jutawan, atau yang terlibat dalam Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S), adalah wajah Sumpah Pemuda masa kini. Mereka adalah perwujudan ikrar satu tanah air yang dijaga kemandirian pangannya.

Dikatakannya, Dinas Pemuda dan Olahraga Konawe telah secara aktif melibatkan KNPI dalam pelatihan kepemimpinan dan kepeloporan. Ini sejalan dengan upaya KNPI Konawe sendiri yang berkomitmen mendorong kemandirian ekonomi pemuda melalui pelatihan manajemen dan bisnis pertanian.
Keterlibatan OKP dalam sektor ekonomi ini sangat vital. Dengan didukung program pemerintah seperti Bantuan Benih dan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), pemuda melalui kelompok tani dan koperasi bisa memastikan, seperti, Regenerasi Petani: Mengubah stigma bertani dari pekerjaan masa lalu menjadi bisnis masa depan yang menjanjikan. Dan Siklus Ekonomi Lokal: Menjadi pemasok utama bahan baku MBG, memastikan dana APBD/APBN berputar di desa-desa Konawe, dan memberdayakan Koperasi Merah Putih yang disebut Bupati sebagai penggerak ekonomi rakyat.

Di akhir upacara, seruan Bupati Yusran Akbar agar pemuda Konawe tidak menjadi pelengkap sejarah, melainkan penentu sejarah menjadi sorotan utama.
Menurutnya, ini adalah ajakan politis dan ekonomis. Pemuda didorong untuk tidak hanya mengkritik kebijakan, tetapi terlibat aktif dalam pembuatannya, seperti yang disarankan dalam amanat Menpora tentang mengambil peran di proses pembuatan kebijakan pertanian dan mengawasi implementasinya.
“Peringatan Sumpah Pemuda ke-97 di Konawe menutup babak refleksi dan membuka babak aksi kolektif. Semangat persatuan 1928 harus diterjemahkan menjadi kolaborasi 2025 antara birokrasi, OKP, dan petani milenial, untuk memastikan Konawe menjadi lumbung pangan yang modern dan sejahtera,”tuturnya. (Pariwara)


















